Jumat, 05 Oktober 2012

Proses - proses Pembusukan Ikan



PRE RIGOR, RIGOR MORTIS, DAN POST RIGOR
Ikan segar merupakan ikan yang baru saja ditangkap dan belum mengalami proses pengawetan maupun pengolahan lebih lanjut sehingga belum mengalami perubahan fisik maupun kimiawi ( sifat masih sama seperti ketika ditangkap ) rupa, bau, rasa, dan tekstur masih sama.
 Komponen utama daging ikan (pada saat hewan masih hidup disebut otot) yaitu air, lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral serta lemak. Kadar protein umumnya sekitar 18-30%, sementara kadar lemak sangat bervariasi antara 0.1% sampai lebih dari 2.2%, karbohidrat 0.0 % samapi 1% sedangkan sisanya adalah vitamin dan mineral.prosentase tersebut tergantung jenis ikan dan kondisi lingkungan. Pada beberapa jenis ikan, lemak tidak disimpan didalam otot (daging) tetapi disimpan didalam hati. Air merupakan unsur utama, dengan variasi sekitar 60-84%. Karbohidrat, mineral, vitamin dan beberapa komponen larut air lainnya terdapat dalam jumlah sedikit. Pembusukan berlangsung segera setelah ikan mati. Proses kerusakan ikan segar merupakan proses yang agak kompleks dan disebabkan oleh sejumlah sistem internal yang saling terkait. Faktor utama yang berperan dalam pembusukan adalah proses degradasi protein yang membentuk berbagai produk seperti hipoksantin, trimetilamin, terjadinya proses ketengikan oksidatif dan pertumbuhan mikroorganisme. Ikan segar lebih cepat mengalami kebusukan dibandingkan dengan daging mamalia. Urutan proses perubahan yang terjadi pada ikan meliputi perubahan pre rigor, rigor mortis, aktivitas enzim, aktivitas mikroba, dan oksidasi.
Dasar perubahan yang terjadi setelah kematian ikan disajikan secara ringkas dalam Gambar di bawah ini. Proses kemunduran mutu kesegaran ikan akan terus berlangsung jika tidak dihambat. Cepat lambatnya proses tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak hal, baik faktor internal yang lebih banyak berkaitan dengan sifat ikan itu sendiri maupun eksternal yang berkaitan dengan lingkungan dan perlakuan manusia. Faktor biologis (internal) tidak mudah ditangani karena berkaitan dengan sifat ikan itu sendiri.

Ikan mati                                                                                 Kerja fagosit terhenti


 


Aliran darah terhenti


 


Pemasukan oksigen terhenti


Oksidasi-reduksi potensial terhenti


 


Respirasi terhenti                                Mulai glikolisa
Glikogen -/->CO2                               Glikogen -> Asam laktat


 


ATP dan kreatin fosfat turun              pH turun






 


Rigor mortis                Denaturasi                   Katepsin bebas dan mulai                                                       protein                                     aktif









 


Akumulasi                   Pemucatan                   Pemecahan protein        Pertumbuhan
metabolit                                                                                                    bakteri
prekursor
cita rasa













 





Ikan yang berpenyakit seringkali berada dalam kondisi stres dan kurang dapat menahan serangan bakteri baik internal maupun eksternal. Ikan yang sedang mengalami pemijahan banyak menggunakan energi untuk proses reproduksi, menyebabkan otot tidak sekenyal biasanya dan bila dibekukan akan terjadi pengeluaran air berlebihan (drip loss). Adapun ikan yang kelelahan (karena menggelepar) banyak menggunakan energi sehingga proses rigor mortis berlangsung cepat. Bila penanganan ikan dilakukan saat ikan masih mengalami rigor mortis, maka akan terjadi kerusakan otot, yang akan semakin nyata bila ikan difillet. Fillet ikan sebaiknya dilakukan pada saat ikan memasuki fase pre rigor karena ikan yang di fillet saat fase pre rigor masih memiliki kandungan protein yang lebih tinggi daripada fase rigor mortis dan post rigor.
Pre rigor
Perubahan pre rigor merupakan peristiwa terlepasnya lendir dari kelenjar di bawah permukaan kulit. Lendir yang dikeluarkan ini sebagian besar terdiri dari glukoprotein dan musin yang merupakan media ideal bagi pertumbuhan bakteri. Lendir-lendir yang terlepas tersebut membentuk lapisan bening yang tebal disekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir ini merupakan reaksi alami ikan yang sedang sekarat terhadap keadaan yang tidak menyenangkan. Jumlah lendir yang terlepas dan menyelimuti tubuh dapat banyak hingga mencapai 1-2,5 % dari berat tubuhnya
Rigor mortis
Seperti terjadi pada daging sapi dan daging hewan lainnya, fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati. Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Rigor mortis terjadi pada saat-saat siklus kontraksi relaksasi antara miosin dan aktin didalam miofibril terhenti dan terbentuknya aktomiosin yang permanen. Rigor mortis dianggap penting dalam industri perikanan. Selain dapat memperlambat pembusukan oleh mikroba juga dikenal oleh konsumen sebagai petunjuk bahwa ikan masih dalam keadaan sangat segar.
Penguraian ATP berkaitan erat dengan terjadinya rigor mortis. Jika penurunan konsentrasi ATP dalam jaringan daging mencapai 1 mikro mol/gram dan pH mencapai 5,9 maka kondisi tersebut sudah dapat menyebabkan penurunan kelenturan otot. Penurunan kelenturan otot terus berlangsung seiring dengan semakin sedikitnya jumlah ATP.
Bila konsentrasi ATP lebih kecil dari 0,1 mikro mol/gram, terjadi proses rigor mortis sempurna. Pada fase rigor mortis pH tubuh ikan menurun menjadi 6,2-6,6 dari mula-mula pH 6,9-7,2. Tinggi rendahnya pH awal ikan sangat tergantung pada jumlah glikogen yang ada dan kekuatan penyangga (buffering power) pada daging ikan. Kekuatan penyangga pada daging ikan disebabkan oleh protein, asam laktat, asam fosfat, TMAO, dan basa-basa menguap. Setelah fase rigor mortis berakhir dan proses pembusukan berlangsung maka pH daging ikan naik mendekati netral hingga 7,5-8,0 atau lebih tinggi jika pembusukan telah sangat parah. Tingkat keparahan pembusukan disebabkan oleh kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa. Pada kondisi ini pH ikan naik dengan perlahan-lahan dan dengan semakin banyak senyawa yang terbentuk akan semakin mempercepat kenaikan pH ikan. Kenaikan nilai pH tergantung pada lama penyimpanan. Kenaikan nilai pH selama penyimpanan dipengaruhi oleh suhu panas, komposisi garam, kondisi fisiologis, kandungan protein dan aktivitas enzim. Nilai pH daging ikan bandeng yang disimpan pada suhu 10 0C selama 6 jam adalah sebesar 5,60-5,78 dan 5,64-5,89 pada bagian kulitnya
Post rigor
Fase post rigor merupakan permulaan dari proses pembusukan yang meliputi autolisis dan pembusukan oleh bakteri. Autolisis merupakan proses terjadinya penguraian daging ikan sebagai akibat dari aktivitas enzim dalam tubuh ikan. Proses autolisis ditandai dengan melemasnya daging ikan. Lembeknya daging ikan disebabkan aktivitas enzim yang semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
Autolisis dimulai bersamaan dengan menurunnya pH. Mula-mula protein dipecah menjadi molekul-molekul makro yang menyebabkan peningkatan dehidrasi protein dan molekul-molekulnya pecah menjadi protease, lalu pecah menjadi pepton, polipeptida, dan akhirnya menjadi asam amino. Selain itu dihasilkan pula sejumlah kecil pirimidin dan purin basa yang dibebaskan pada waktu asam nukleat memecah. Bersamaan dengan itu, hidrolisis lemak menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Pemecahan penyusun jaringan ikan juga akan berakibat pada penurunan sifat organoleptik seperti bau, rasa, tekstur, dan kadang-kadang warna.   Pembusukan yang disebabkan oleh aktivitas bakteri tidak akan terjadi sebelum masa rigor mortis berakhir. Pada akhir fase rigor saat hasil penguraian makin banyak, kegiatan bakteri pembusuk mulai meningkat. Bila fase rigor telah lewat (badan ikan mulai melunak) maka kecepatan pembusukan akan meningkat. Bakteri yang semula hanya berada di insang, isi perut, dan kulit ikan mulai masuk ke otot dan memecahkan senyawa-senyawa sumber energi seperti protein, karbohidrat, dan lemak menjadi senyawa-senyawa busuk berupa indol, skatol, merkaptan, amonia, asam sulfida, dan lain-lain. Jumlah bakteri yang terdapat pada tubuh ikan ada hubungannya dengan kondisi perairan tempat ikan tersebut hidup. Bakteri yang umum ditemukan pada ikan adalah bakteri Pseudomonas, Alcaligenes, Sarcina, Vibrio, Flavobacterium, Serratia, dan Bacillus. Pada ikan air tawar juga terdapat jenis bakteri Aeromonas, Lactobacillus, Bevibacterium, dan Streptococcus. Jumlah bakteri ikan bandeng yang disimpan selama 6 jam pada suhu 12 0C adalah antara 2,30-5,78 log cfu/g. Berbagai kondisi suhu dan lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kandungan protein dan total koloni ikan bandeng. Adapun kerusakan kimiawi yang sering kali terjadi adalah proses oksidasi lemak yang mengakibatkan rasa pahit dan bau tengik serta perubahan warna. Proses oksidasi lemak menghasilkan sejumlah substansi yang dapat menyebabkan timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Proses ini dipercepat dengan adanya logam-logam berat, enzim-enzim lipooksidase, cahaya, dan panas. Senyawa hasil pemecahan hidroperoksida merupakan produk sekunder yang sebagian besar berupa aldehid, keton, alkohol, asam karboksilat, dan alkana yang menyebabkan timbulnya diskolorisasi atau bau tengik pada ikan





Ciri Utama Ikan Segar dan Ikan mulai busuk
Ikan Segar
Ikan Mulai Busuk
Kulit :
ü  Warna kulit terang dan jernih
ü  Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut
ü  Warna – warna khusus yang ada masih terlihat jelas.
Sisik :
ü  Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit lepas.
Mata :
ü  Mata tampak terang, jernih, menonjol, dan cembung
Insang :
ü  Berwarna merah sampai merah tua, terang, dan lamella insang terpisah
ü  Tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan
Daging :
Daging kenyal menandakan rigor mortis masih berlangsung,
ü  Daging dan bagian tubuh lain berbau segar
ü  Bila daging ditekan oleh jari tidak berbekas lekukan
ü  Daging melekat kuat pada tulang
ü  Daging perut utuh dan kenyal
ü  Warna daging putih



Keberadaan Dalam Air :
ü  Ikan segar akan tenggelam
Kulit :
ü  Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak
ü  Kulit mulai kelihatan mengendur di beberapa tempat tertentu
ü  Kulit mudah sobek dan warna – warna khusus sudah hilang
Sisik :
ü  Mudah terlepas dari tubuh.

Mata :
ü  Mata tampak suram, tenggelam dan berkerut
Insang :
ü  Berwarna coklat suram atau abu – abu dan lamella insang berdempetan
ü  Lendir insang keruh dan berbau menusuk hidung.
Daging :
Daging lunak menandakan rigor mortis telah selesai,
ü  Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk
ü  Bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan
ü  Daging mudah lepas dari tulang
ü  Daging lembek dan isi perut sering keluar
ü  Daging berwarna kuning kemerah – merahan terutama disekitar tulang punggung.
Keberadaan Dalam Air :
  • Ikan yang sudah busuk akan mengapung diatas permukaan air.








Simpulan
Perubahan Pascamortem Jaringan Otot
  1. Fase pre-rigor
Ø  Penampakan jaringan otot halus dan lunak seperti keadaan
otot yang berelaksasi
Ø  Tingkat pH dan ATP masih tinggi, terjadi pemecahan ATP
menjadi energi namun masih relatif kecil belum cukup
untuk kontraksi
Ø  Lebih dari 6 jam, daging elastis, masih seperti ikan segar
  1. Fase rigor
Ø  Karkas menjadi kaku/tegang, 24-48 jam setelah
penyembelihan
Ø  Kontraksi karena pemecahan ATP menjadi energi
(timbunan energi)
Ø  Kecepatan terjadinya rigor mortis dipengaruhi
oleh:
*      Tingkat glikogen pada saat mati, glikogen rendah, rigor
cenderung untuk berlangsung cepat
*      Suhu karkas: suhu naik, rigor cepat
Ø  6 jam, tubuh kaku, daging tidak elastis
  1. Fase pascarigor
Ø  Hasil-hasil glikolisis menumpuk sehingga:
Ø  Penumpukan asam laktat sehingga pH jaringan otot rendah
Ø  Penimbunan produk-produk pemecahan ATP
Ø  Pembentukan precursor flavor / aroma
Ø  Peningkatan daya ikat air
Ø  Pengempukan kembali jaringan otot tanpa pemisahan aktin dan miosin
Ø  Banyk mengeluarkan lendir, sisik banyak yang lepas dan sudah mulai busuk.

Penyebab Terjadinya Perubahan Pada Tubuh Ikan
  1. Aktivitas enzim ; proses penguraian organ – organ tubuh ikan oleh enzim – enzim yang terdapat didalam tubuh ikan sendiri ( disebut autolysis )
  2. Aktivitas mikroorganisme / bakteri. Bagian tubuh ikan yang paling banyak mengandung bakteri adalah : insang ( 103 – 105 / gram ), usus ( saluran pencernaan : 103 – 107 / gram ), kulit ( 102 – 106 / gram )
  3. Adanya oksidasi lemak oleh udara ; bisa timbul aroma tengik dan cara mencegahnya menghindari antara ikan dengan udara bebas disekelilingnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar